Minggu, 29 Januari 2012

Siapa kami

        Ketika kita berhadapan dengan pertanyaan yang mungkin sedikit memaksa untuk memberitakan jati diri kita yang sebenarnya, mungkin hal ini akan serba perfeksionis. Mustahil jika suatu kelompok ataupun perseorangan mencoba mendeskripsikan dirinya hanya dengan kesimpulan yang ala kadarnya.
     
        Baik, tidak perlu berbusa, seperti dalam judul blog diatas, kenapa kami memilih nama "preman" untuk sebuah blog yang mungkin nanti berisi lebih banyak tentang ilmu, dan mesejajarkan istilah "preman" yang notabene sangat erat kaitannya dengan tindak kriminal dengan sebuah istilah yang bernama "langgar" atau "surau" yang identik dengan religiusitas. Dan sangat berlebihan jika hal ini dikatakan sebagai penyusunan sebuah nama yang ngawur, karena kenyataanya tidak seperti itu. hahaha

       Dalam disiplin ilmu tentu kita kenal dengan istilah "kontekstual" dan "tekstual", dimana "kontekstual" mewakili pemikiran yang menjurus, detail, rahasia, tersembunyi dan sebagainya, dan istilah "tekstual" mewakili pemikiran secara dzahir, yang mana sesuatu itu hanya berorientasi pada apa yang terlihat saja, tidak butuh penyelaman makna, atau interpretasi yang rumit. Nah, kemudian apa hubungan antara istilah-istilah tersebut dengan blog ini. Bermula dari ketidaksengajaan menyusun ide lalu bertemulah antara niat dan cita-cita untuk menyusun sebuah blog yang mampu mendeskripsikan keadaan, fenomena, fakta, dan kaidah ilmu ke dalam sebuah tulisan sederhana, yang mana hal tersebut pure "konteks" dan bukan sekedar rumusan "tekstual" semata.

         Dalam menyusun semacam artikel perlu adanya kejelasan si penulis, dari mana dia berasal, dimana dia berkembang, dan bagaimana mereka merefleksikan suatu pemikiran. Kami merupakan segelintir pemuda yang ingin tahu tentang apa yang dinamakan ilmu, kemudian kita mencari dan mengkomparasikan ke dalam disiplin lain. Kami hidup di kalangan religius, kami gemar dengan suasana kritis, dan kami selalu optimis dalam mencari dan mencari sesuatu yang dianggap tabu oleh khalayak. Kapitalisme menjadi lawan terbesar kami, Hedonisme menjadi umpatan sejak kami tumbuh, begitu juga dengan fitnah Imperialisme yang kami waspadai. Dan tidak lupa, selain kami hidup dikalangn religius, kami juga berasal dari embrio yang religi (insya Allah), dan lahir dari darah pesisir yang sangat kental dengan background Islam tradisionalisme. Walaupun demikian tetapi kami berkembang bersama masyarakat kota di lingkup budaya Jawa yang cukup signifikan yang mana didalamnya terkolaborasi antara modernisme dan tradisonalisme perkotaan. Kota tempat tinggal kami termasuk dalam kategori kota yang ramah, kota yang damai asri, dan kota yang senantiasa bermunculan aliran-aliran baru dalam dunia Islam khususnya. Maka secara otomatis pola tindakan dan pemikiran kami selalu condong kepada instrumen diatas.

0 komentar:

Posting Komentar